Jumat, 11 Februari 2011

Bidan : Agen Kesehatan yang Tidak Terdengar

Bidan: Agen Kesehatan yang Tidak Terdengar

oleh Nutrisi untuk Bangsa pada 20 Desember 2010 jam 13:44
Dalam usaha bersama kita untuk memberantas malnutrisi, sebuah profesi patut dicatat sebagai salah satu yang paling berjasa dalam menekan tingkat kasus malnutrisi di Indonesia. Mereka adalah para pekerja kesehatan yang tidak disorot sebanyak dokter atau suster. Profesi yang kami maksud, adalah para bidan. 

Padahal sosok seorang bidan banyak ditemui di keseharian masyarakat Indonesia, baik di desa, maupun di perkotaan. Seorang bidan bukan saja terlatih dalam menangani kelahiran bayi. Di Indonesia, untuk berprofesi menjadi bidan, seseorang harus menempuh pendidikan milnimal D3. Jadi, pekerjaan bidan bukanlah profesi warisan, atau bergantung bakat dan minat. Para bidan merupakan orang berpendidikan tinggi.

Tanpa peran bidan, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka kematian Bayi (AKB) akan melonjak lebih tinggi dari sekarang. AKI dan AKB di Indonesia adalah yang tertinggi di antara negara ASEAN. Hal ini disebabkan Indonesia masih kekurangan bidan. Menurut Survey Ekonomi dan Sosial Nasional (Susenas) tahun 2001, hanya ada 45,83 % kelahiran di pedesaan yang tertangani oleh bidan. Faktor utama banyaknya kematian ibu dan bayi adalah keberadaan praktek dukun melahirkan yang tanpa pendidikan persalinan dan kesehatan.

Bidan pengajar kesehatan hidup bagi masyarakat di sekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari, bidan bukan hanya menularkan pengetahuannya tentang pentingnya menjaga kesehatan dan sekaligus caranya, seorang bidan juga mencontohkannya. Mulai dari urusan makanan sehat, menjaga kebersihan, masalah Keluarga Berencana, sampai persoalan kakus yang memenuhi syarat kesehatan juga ditularkan oleh bidan. kepada masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.

Namun, nyatanya kita jarang melihat sorotan pemberitaan mengenai bidan-bidan yang berjasa meningkatkan kesehatan masyarakat dan memberantas kasus malnutrisi di Indonesia. karena itulah PT Sari Husada melalui Nutrisi Untuk Bangsa, ingin menunjukkan penghargaan kepada para agen kesehatan yang telah bekerja keras dengan Srikandi Award, sebuah apresiasi akan keikhlasan para bidan, kerja keras serta kreativitasnya dalam meningkatkan mutu kesehatan masyarakat dimana bidan itu tinggal dan mengabdi yang diprakarsai Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bekerjasama dengan Sari Husada melalui pelaksanaan Program Pos Bhakti Bidan.

Program Pos Bhakti Bidan dapat menjadi inspirasi dan pendorong kegiatan yang meningkatkan peran seorang bidan sebagai pelayan kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia. Semoga kedepannya, peran mulia para bidan dapat lebih dihargai oleh masyarakat.

Makanan Pendamping ASI

Makanan Pendamping ASI

oleh Nutrisi untuk Bangsa pada 06 Januari 2011 jam 12:10
 
Membaca Facebook page Nutrisi Untuk Bangsa, tampaknya diskusi soal ASI dan menyusui selalu hangat dibicarakan dan mengundang pertanyaan. Sekedar menyegarkan ingatan, mengutip pesan ibu bidan yang sekaligus konsultan laktasi saya, berikut panduan umum soal pemberian ASI:
  • ASI eksklusif: bayi hanya diberi ASI (tanpa minuman & makanan lain) sejak lahir hingga usia 6 bulan.
  • ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI): setelah usia 6 bulan hingga 12 bulan, bayi secara berangsur-angsur diperkenalkan pada makanan pendamping, mulai dari yang bertekstur lembek, lembik hingga yang lunak.
  • ASI sebagai tambahan setelah anak berusia 1 tahun, dimana pada usia ini anak umumnya sudah mengikuti menu keluarga (table food), tentu tanpa bumbu tajam. ASI terus diberikan di luar jam makan, sebagai pelengkap sumber utama gizi yang diperoleh dari makanan. ASI disarankan diberikan hingga usia 2 tahun namun boleh juga bila ibu dan anak menghendai lebih lama. Saya sendiri menyapih anak saya secara bertahap menjelang ulang tahunnya yang kedua.
Bicara soal makanan pendamping ASI, sebaiknya kita memilih makanan yang dibuat dari bahan-bahan segar dan alami, diolah dari dapur kita sendiri. Cukup mudah & cepat kok... Misalnya untuk bubur beras merah kita bisa membuat 1x di pagi hari untuk 2x makan bayi. Begitu pula dengan makanan lain, mulai dari puree pisang, alpukat, jus buah-buahan hingga bubur saring.

Tidak ada salahnya meluangkan sedikit waktu dan tenaga membuat makanan anak. Rasanya puas sekali melihat anak saya tumbuh sehat, aktif dan sangat jarang sakit.
Salam Nutrisi untuk Anak Bangsa!

CEGAH OSTEOPOROSIS PASCA MENOPAUSE.

CEGAH OSTEOPOROSIS PASCA MENOPAUSE.

oleh KORAN FESBUK pada 07 Februari 2011 jam 22:39
 
Semua manusia di dunia pasti akan menjadi tua baik pria maupun wanita.Proses penuaan telah terjadi sejak manusia dilahirkan ke dunia dan terus menerus terjadi sepanjang kehidupannya.Khususnya pada wanita, proses ini mempunyai dampak tersendiri berkaitan dengan proses siklik haid setiap bulannya yang mulaiu terganggu dan akhirnya menghilang sama sekali.

Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan kemungkinan terkena osteoporosis, gangguan yang menyebabkan tulang menjadi keropos dan rapuh.Cara paling tepat mengatasinya adalah memaksimalkan kepadatan tulang saat masih muda. Orang dewasa perlu makan makanan yang kaya kalsium (1000-1200 mg per hari) untuk mencegah osteoporosis.

The National Institutes of Health menganjurkan bahkan lebih banyak kalsium sampai 1.500 mg per hari untuk Anda yang berumur diatas 65 tahun. Makanan yang kaya kalsium adalah susu, yogurt, keju, ikan salmon, brokoli, ikan teri, tempe, tahu, dan kacang-kacangan. Satu gelas susu mengandung sekitar 300 mg kalsium.

Kalau anda beresiko terkena osteoporosis, dokter akan memberikan tablet kalsium. Namun kalsium bisa berbahaya pada kondisi tertentu. Karena itu, tanyakan kepada dokter sebelum minum suplemen kalsium dosis tinggi. Suplemen kalsium dianjurkan bagi mereka yang tidak kuat dengan laktosa.

Sedangkan bagi mereka yang tidak rutin mengonsumsi tiga atau lebih makanan yang mengandung kalsium sehari-hari yang dibutuhkan untuk membantu menyimpan kalsium dalam tulang. Kebutuhan ini dapat tercukupi dari minum susu. Vitamin D yang murah dan gratis adalah sinar matahari, karena tubuh membuat vitamin D ketika sinar ultra violet menyentuh kulit. Rajin berjalan kaki, berdansa, senam atau joging.

(KF-Koran Warga/v/perempuan.com)

Apa itu Bakteri E. Sakazaaki?

  1.  E. sakazakii adalah jenis bakteri yang  masuk ke dalam famili Enterobacteriaceae. Enterobactericeae merupakan kelompok bakteri yang ditemukan secara luas di lingkungan. Enterobactericeae dan E.sakazakii dapat ditemukan di setiap lingkungan seperti lingkungan rumah, di dapur, di lingkungan rumah sakit dan juga pada beberapa jenis produk makanan.
  2. E.sakazakii dapat ditemukan di mana saja, di lingkungan sekitar kita, termasuk di udara dan usus kita.
  3. E.sakazakii pada level yang rendah tidak dikhawatirkan dapat membahayakan kesehatan. E dianggap berbahaya bagi bayi yang baru saja lahir prematur atau kurang berat badan.
  4. E.sakazakii bisa muncul saat proses produksi( 1), krn selama proses itu  infant formula mengalami proses pemanasan yang dapat membunuh bakteri ini, dan setiap produk yang keluar dari pabrik harus negatif (tidak didapat) bakteri E. sakazakii. (2) Apabila penyiapan dari susu infant formula tersebut dilakukan sesuai dengan petunjuk produsen,  tidak akan menimbulkan resiko bagi kesehatan.
  5. Powder infant formula  yang keluar dari pabrik disyaratkan harus negatif E. Sakazakii. Apabila penyiapan, penanganan dan penyimpanan infant formula dilakukan dengan cara yang benar sesuai dengan petunjuk pada kemasan maka tidak ada resiko yang ditimbulkan bagi kesehatan.
  6. E.sakazakii ada  dan mulai tumbuh pada infant formula jk bubuk susu  disiapkan (disajikan) dan disimpan untuk waktu yang lama pada suhu optimum pertumbuhannya. Oleh karena itu sebaiknya produk harus segera dikonsumsi setelah siap penyajiannya.
  7. Dari kasus yang pernah dilaporkan, kasus infeksi E.sakazakii yang diketahui bersumber dari infant formula merupakan kasus yang tidak terbiasa terjadi dan kalaupun terjadi terutama terjadi di lingkungan rumah sakit pada bayi di bawah usia normal kelahirannya dan bayi lahir dengan berat badan yang sangat rendah; namun meskipun jarang terjadi,  kejadian ini bisa memiliki akibat kesehatan yang serius.
  8. Pada kasus-kasus tersebut terdapat indikasi bahwa infant formula disiapkan dan ditangani dengan cara yang tidak tepat dan disimpan terlalu lama pada suhu yang terlalu tinggi, setelah penyiapan, sehingga menyebabkan terjadinya kontaminasi dan pertumbuhan sampai level membahayakan.
SUMBER : FAO/WHO

persahabatan yang rusak karena ke egoisan seseorang

Astagfirullahaladzim,,,
Ko gitu bgt sich jadi temen,,,
Udah gak kenal lagi ya ma sahabatmu dulu ini??
Teganya kalian,, salah apa sich, sampai seperti ini jadinya,,
Dengan diam2 kamu ambil itu, tanpa memberi tau aku,,
Apa hanya sampai sini pertemanan kita yang dulu semua orang iri??
Apa hanya sampai sini perngertian persahabatan kita??
Sakit rasanya bila didepanku kamu terlihat tak ada apa2,,
Ketika dibelakang kau lebih dari oarng yang memusuhiku, bahkan tak kenal denganku,,
Sungguh aku sakit hati dengan semua ini,,
Aku gak ngerti dengan keegoisanmu itu,,
Mana kamu yang dulu kami banggakan, kamu yang dulu jadi contoh kami,,
Kini kamu terpengaruh dengan pergaulan yang salah,,
Hingga nantinya kamu mengakui siapa orang yang kamu tinggalkan seharusnya, dan siapa orang yang harus kamu sadarkan dan benar-benar jadi teman yang abadi,,
Semoga kau membaca dan mengerti maksudku ini,,
Sungguh aku mengharapkan semua ini berakhir dan kita bersatu kembali seperti dulu lagi,,,
Aqqiqiiwh yang dulu kini hancur hanya karena ke egoisan seseorang,,,
 semoga kalian semua sadar dengan yang kalian lakukan kepada kami,,,

http://www.facebook.com/note.php?note_id=494049137271

Kamis, 10 Februari 2011

DIET PADA PENYAKIT JANTUNG ANAK

DIET PADA PENYAKIT JANTUNG ANAK
I. PENDAHULUAN
Penyakit jantung pada anak ada 2 macam, yaitu penyakit jantung bawaan dan penyakit jantung didapat. Kedua macam penyakit jantung ini dapat menyebabkan gagal jantung atau fungsi jantung yang menurun di mana jantung tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan metabolik jaringan tubuh.5
Penyakit jantung bawaan (PJB) pada bayi dan anak cukup banyak ditemukan di Indonesia. Laporan dari berbagai penelitian di luar negeri menunjukkan 6-10 dari 1000 bayi lahir hidup menyandang penyakit jantung bawaan.2 Sampai saat ini belum jelas diketahui penyebab kelainan jantung bawaan. Sekitar 2-5 % kelainan ini erat kaitannya dengan abnormalitas kromosom. Pada Down’s syndrome misalnya, sekitar 60 % selalu disertai kelainan jantung kongenital seperti defek septum ventrikel, tetralogi fallot, duktus arteriosus persisten, dan defek septum atrium. Di antara saudara kandung, sebanyak 2-4 % ternyata mengidap kelainan jantung bawaan yang sama. 4
Pembentukan jantung janin yang lengkap terjadi pada akhir semester pertama yang berpotensi terjadi gangguan pembentukan jantung. Terjadinya penyakit jantung bawaan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah paparan sinar radiasi, trauma fisik dan psikis, virus TORCH, obat-obatan, rokok, alkohol, dan sebagainya.2,4
Salah satu penyakit jantung didapat yang sering ditemui adalah demam reumatik akut (DRA) dan penyakit jantung rematik (PJR). Data yang diperoleh dari Bagian Kesehatan Anak RSCM menunjukkan bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir belum terdapat penurunan berarti kasus DRA dan PJR. Diperkirakan prevalensi PJR di Indonesia sebesar 0,3-0,8 anak sekolah 5-15 tahun. Demam reumatik merupakan penyebab utama penyakit jantung didapat pada anak usia 5 tahun sampai dewasa muda di negara berkembang dengan keadaan sosio ekonomi rendah dan lingkungan buruk.2
Faktor yang mendasari patofisiologi dari gagal jantung adalah faktor mekanis (defek struktural yang memberikan beban berlebihan pada otot jantung), faktor miokard (miokarditis) dan kombinasi keduanya (kelainan intrinsik yang mengganggu faal miokard).5
Berdasarkan gangguan daya kerja miokard, gagal jantung dibagi5 :
a. Beban volume ventrikel : high output stage (anemia), pirau kiri ke kanan, insufisiensi katup(mitral, aorta), fistula arteri-vena sistemik.
b. Beban tekanan ventrikel : obstruksi jalan keluar (koartasio aorta, stenosis aorta, stenosis arteri pulmonalis) dan obstruksi jalan masuk (stenosis mitral, stenosis tricuspid).
Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan gagal jantung oleh karena kemampuan miokard yang menurun adalah miokarditis, kardiomiopathi, anemia berat, keadaan khusus pada neonatus (kadar kalsium, magnesium, dan gula darah rendah, asidemia berat atau setelah asfiksia) dan takikardi berat atau bradikardi yang secara nyata juga dapat mengurangi kemampuan otot jantung.5
Gejala klinis yang timbul dapat dibagi menjadi 3 kategori yang menggambarkan adanya kegagalan jantung kanan dan kiri 5:
1. Daya kerja miokard yang terganggu mengakibatkan gangguan pertumbuhan, berkeringat, kardiomegali, irama gallop, perubahan pada pulsus perifer termasuk pulsus paradoksus dan alternans.
2. Kongesti paru-paru menyebabkan takipnea, sesak bila bergerak, batuk, ronki basah, wheezing, dan sianosis.
3. Kongesti vena sistemik menyebabkan hepatomegali, bendungan vena leher, sembab perifer.
Kelainan tersebut dijumpai bervariasi, dapat ringan sampai berat sehingga untuk menata dietnya diperlukan perlakuan tersendiri.5 Modifikasi khusus pada diet sehari-hari telah dilakukan untuk terapi sejumlah penyakit. Diet ini tidak secara langsung menyembuhkan penyakit, tetapi dipakai untuk memperbaiki kelainan metabolisme dan mencegah atau paling tidak mengurangi gejala penyakit.3 Adanya gangguan pertumbuhan yang dipengaruhi faktor genetik, hipoksia menahun, kelainan hemodinamik, faktor metabolik serta kelainan lain yang menyertai memerlukan masukan energi tambahan. Aktivitas jantung dan pernafasan memerlukan pula energi yang cukup banyak, demikian pula agar pembedahan dapat dilakukan, maka diperlukan masukan energi yang lebih banyak.5
Tulisan ini berusaha membahas mengenai diet pada panyakit jantung anak yang mana dalam pengelolaannya harus diperhatikan pemberian nutrien yang cukup tanpa memperberat kerja jantung. Pemberian diet tersebut tergantung dari tahap penyakit dan keadaan klinis anak.
II. TUJUAN PEMBERIAN DIET PADA PENYAKIT JANTUNG ANAK
Tujuan memberikann diet pada penderita penyakit jantung adalah5 :
1. Untuk memberikan cukup makanan agar anak tumbuh dan berkembang optimal, tanpa memperberat beban jantung.
2. Mengurangi dan mencegah retensi garam/air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah bila ada hipertensi.
3. Menyiapkan anak dengan kelainan jantung bawaan sehingga kondisinya memungkinkan untuk tindakan operasi.
III. SYARAT PEMBERIAN DIET PADA PENYAKIT JANTUNG ANAK
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyusun diet penderita penyakit jantung menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia adalah sebagai berikut5:
1. Energi sesuai dengan kebutuhan
Untuk kelainan jantung bawaan dibutuhkan 175 -180 kkal/kgBB/hr. Bila masukan kalori kurang dari 120 kkal/kgBB sehari akan terjadi defisiensi vitamin D, asam folat, vitamin B12, zat tembaga dan seng.
2. Protein 3-4 gr/kgBB yang diperlukan untuk pembentukan otot jantung. Pada gagal jantung, protein yang dianjurkan 1-2 gr/kgBB sehingga dapat meringankan beban ginjal.
3. Lemak sedang; Formula dengan persentase lemak tidak jenuh ganda (polyunsaturated fat) atau zat besi dapat meningkatkan kebutuhan akan vitamin E; vitamin E hendaknya diberikan diantara waktu makan bila diperlukan.
4. Vitamin dan mineral cukup; natrium dan cairan dikurangi bila ada sembab atau hipertensi. Formula yang dianjurkan adalah yang kadar natriumnya 7-8 meq sehari dan susu dengan protein dengan susunan whei/kasein: 60/40
5. Makanan yang mudah diserap, cukup mengandung serat sehingga memudahkan buang air besar; bila perlu diberikan lewat pipa gastrik.
6. Rupa makanan menarik, rasa diperhatikan dan cara menyajikan menarik dan suasana makan menyenangkan.
IV. JENIS DIET DAN INDIKASI PEMBERIAN
DIET JANTUNG I
Indikasi : Diet jantung I diberikan bagi pasien dengan gagal jantung.1,5,7
Dasar diet :
Karena fungsi jantung terganggu maka aliran darah ginjal juga akan terganggu. Agar kadar ureum darah tidak meningkat maka perlu diberikan protein yang rendah.
Sebagai akibat kegagalan jantung bisa menyebabkan timbulnya oedema. Untuk mengurangi oedema, pemberian garam harus dibatasi.7
Tujuan Diet7 :
1. Mengurangi beban ginjal
2. Mengurangi atau mencegah retensi natrium
Syarat-syarat 1,7 :
- Cukup kalori (sesuai dengan kecukupan normal)
- Karbohidrat sedang
- Lemak rendah
- Air dibatasi
- Mineral + vitamin cukup ( Ca dibatasi)
- konsumsi protein rendah 1-2g/kgBB
- konsumsi natrium dibatasi 150-180 mg/hr pada bayi, 400 mg/hr pada anak.
Bentuk makanan : Dihidangkan dalam bentuk makanan cair, mudah dicerna.1,7
Contoh menu sehari 7:
Pagi
Siang
Sore
06.00 : makanan cair
12.00 : makanan cair
18.00 : makanan cair
09.00 : makanan cair
15.00 : makanan cair
21.00 : makanan cair
10.00 : Sari pepaya
16.00 : Sari jeruk
-
DIET JANTUNG II :
Indikasi 1,7 : Diet jantung II diberikan pada pasien dengan kemampuan kerja jantung yang menurun, namun belum tampak adanya gejala kegagalan jantung.
Dasar diet7 :
1. Walaupun fungsi jantung terganggu, pengaruh terhadap fungsi ginjal belum tampak, sehingga dapat diberikan tinggi protein.
2. Untuk mencegah terjadinya oedem perlu diberikan diet rendah garam.
Tujuan Diet7 :
1. Memberikan makanan secukupnya agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal
2. Mencegah terjadinya oedem
Syarat-syarat 1,7 :
- Tinggi kalori (175-180 kkal/BB/hr)
- Tinggi protein (3-4 gr/kgBB/hr)
- Cukup karbohidrat
- Lemak, sedang
- Garam dibatasi : Bayi Æ 200-400mg/hr
Anak Æ 600-800 mg/hr
- Air dibatasi
- Cukup vitamin dan mineral
Bentuk makanan7 : untuk bayi dalam bentuk makanan bayi. Untuk anak bentuk makanan lunak atau biasa
Contoh menu sehari 7
Pagi
Siang
Sore
-nasi tim
-telur dadar
-setup wortel
-susu
-nasi tim
-perkedel daging
-gadon tahu
-sup sayuran
-pepaya
-nasi tim
-ayam bumbu tomat
-tempe bacem
-tumis kacang panjang
-pisang
10.00
14.00
21.00
Bubur kacang hijau
Kue talam
Susu
Makanan yang tidak boleh diberikan :
1. Makanan yang diolah, diawetkan dengan garam dapur
2. Kecap, tauco,coklat
3. Minuman yang mengandung gas seperti air soda, coca cola, dan sebagainya.
DIET JANTUNG III
Indikasi 1,7 : Diberikan bagi pasien tanpa gagal jantung dan kemampuan kerja jantung tidak menurun, seperti pada demam reumatik dan penyakit jantung rematik.
Dasar diet7 :
Pada penderita CHD atau RHD umumnya berstatus gizi kurang karena pengangkutan zat-zat gizi ke jaringan tidak berjalan sempurna, ditambah dengan adanya sekunder infeksi. Oleh karena itu perlu diberikan makanan tinggi protein dan tinggi kalori.
Pemberian garam dapur tidak dibatasi, karena pada penderita ini tidak dijumpai oedem.
Tujuan Diet7 :
1. Memberikan makanan secukupnya agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal tanpa memberatkan kerja jantung.
2. Menyiapkan penderita CHD dalam keadaan baik untuk tindakan operasi.
Syarat-syarat 1,7 :
- Tinggi kalori (175-180 kkal/BB/hr)
- Tinggi protein (3-4 gr/kgBB/hr)
- Karbohidrat sedang
- Lemak cukup
- Garam tanpa dibatasi (seperti pada makanan biasa)
- Air tanpa dibatasi
- Cukup vitamin dan mineral
Bentuk makanan : lunak atau makanan biasa.
Contoh menu sehari : Untuk anak berusia di atas tahun
Pagi
Siang
Sore
-nasi
-telur dadar
-tempe bacem
-tumis buncis
-susu
-nasi
-ikan bumbu kuning
-tahu telur
-sup sayuran
-pepaya
-nasi
-Daging empal
-sup kacang merah
-oseng-oseng kangkung
-pisang
10.00
14.00
21.00
Bubur kacang hijau
Puding
Susu
Pada diet jantung III hampir semua makanan boleh diberikan, kecuali makanan yang merangsang saluran cerna dan mengandung gas seperti kol, lobak, sawi, durian, nangka, cabai, dan lada.5
V. EVALUASI
Evaluasi diperlukan untuk mencegah komplikasi metabolisme yang timbul. Evaluasi tersebut meliputi kebutuhan cairan, osmolaritas air kemih, dan perkiraan solute ginjal.5
1. Kebutuhan cairan pada bayi adalah 140-160 ml/KgBB dalam keadaan normal. Pada bayi dengan kelainan jantung bawaan restriksi cairan menjadi 110-120 ml/KgBB sehari.
2. Osmolaritas air kemih dipertahankan 400 mosm/L :
a. Bila terjadi gagal tumbuh dan konsentrasi air kemih di bawah 300 mosm/L, maka diperlukan formula densitas tinggi. (Biasanya dipakai polycose atau minyak safflower bila tidak ada masalah malabsorbsi atau minyak MCT dapat dipakai bila volume formula memadai).
b. Bila terjadi gagal tumbuh dan konsentrasi air kemih 400 mosm/L, maka diperlukan formula dengan beban solute yang lebih rendah.
c. Pada sembab, kenaikan BUN, diare, letargi, hiperamonemia, dan atau asidosis metabolic, maka diperlukan formula densitas lebih rendah.
d. Formula dengan konsentrasi kalori yang lebih tinggi hendaknya tidak dibuat dengan cara menurunkan volume cairan, karena dapat meningkatkan beban solut.
3. Perkiraan beban solut ginjal.
a. Untuk menilai beban solut ginjal, diperkirakan bahwa seluruh protein yang dimakan diekskresi sebagai urea. Satu gram protein menghasilkan 5,7 mosm urea. Nitrogen = gram protein dibagi 6,25. Tiap molekul urea mengandung 2 atom nitrogen. Berat atom nitrogen 14.
b. Semua natrium, kalium, dan klorida diperkirakan akan diekskresi. Urea ditambah dengan ion-ion ini akan menghasilkan 75-80 % beban solute ginjal pada bayi.
c. Kalsium, fosfor, dan mineral yang lain tidak diperhitungkan karena diekskresi sedikit.
VI. KESIMPULAN
Dalam pengelolaan diet pada penyakit jantung anak harus diperhatikan pemberian nutrien yang cukup untuk mendukung tumbuh kembang anak secara optimal tanpa memperberat kerja jantung. Dan pemberian diet tersebut tergantung dari tahap penyakit dan keadaan klinis anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif, Mansjoer.(2002). Kapita Selekta Kedokteran : Diet Pada Kelainan Jantung. Media Aesculapius, Jakarta.
2. Bambang, Madiyono, dkk. (2005). Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi dan Anak. UKK Kardiologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
3. Beck, Mary. (2000). Ilmu Gizi dan Diet. Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.
4. Faisal, Baraas. (1995). Penyakit Jantung Pada Anak. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
5. Suandi.(1999). Diet Pada Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
6. Sunita, Almatsier. (2004). Penuntun Diet. Instalasi Gizi Perjan RS Dr.Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
7. Tandyo. (1997). Gizi Anak. Buku Pegangan Kuliah Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

 http://ilmu-kedokteran.blogspot.com/2008/05/diet-pada-penyakit-jantung-anak.html

Diet Untuk Congestive Heart Failure

Contoh Diet Untuk Congestive Heart Failure
Jika Anda menderita gagal jantung kongestif, itu berarti bahwa hati Anda tidak mampu mengimbangi permintaan oksigen. Hal ini bisa saja dibawa ke atas penyakit atau infeksi. Tapi satu hal yang pasti bahwa dokter Anda akan menempatkan Anda pada diet untuk mengontrol kondisi.
 
Contoh Diet untuk Congestive Heart Failure:
Alasan mengapa dokter akan meminta Anda untuk mengubah diet adalah untuk membantu hati Anda. Dengan menghentikan atau menghindari makanan tertentu, hati Anda tidak perlu bekerja begitu keras dan ini dapat membantu meningkatkan jangka hidup Anda bersama dengan obat-obatan yang sesuai.
  • Mengurangi garam dalam diet anda. Bila Anda makan terlalu banyak garam, maka akan ada retensi air dalam tubuh Anda dan ini akan menyebabkan hati Anda untuk bekerja lebih keras. Hal ini dapat memperburuk kondisi Anda, tetapi dengan mengurangi garam dalam diet Anda, Anda akan segera melihat pengurangan gejala Anda. Jika memungkinkan menghilangkan garam sepenuhnya dari diet Anda.
  • Makanlah banyak buah-buahan dan sayuran segar, khususnya sayuran berdaun hijau.
  • Makan banyak daging segar, ayam, ikan, telur, susu dan yogurt. Semua makanan ini rendah kandungan garam.
  • Pastikan bahwa setidaknya satu kali sehari Anda makan nasi, pasta atau oatmeal.
  • Alih-alih menggunakan rempah-rempah dan rempah-rempah yang mengandung natrium atau garam, cobalah untuk hiasan sayuran Anda dengan lada hitam dan jus lemon. Anda akan kagum cara rasa keluar. Ketika membuat daging, gunakan jus nanas segar atau jus jeruk untuk mengasinkan daripada menggunakan garam dan natrium sarat rempah-rempah.
  • Hapus makanan olahan sama sekali dari diet Anda.
  • Jangan makan lemak dan makanan yang digoreng. Hal ini akan memperburuk gejala gagal jantung kongestif. Hal ini sehat untuk memanggang, merebus atau uap makanan Anda. 
http://www.scumdoctor.com/Indonesian/disease-prevention/Heart-Attack/heart-failure/Sample-Diets-For-Congestive-Heart-Failure.html